Pembuat film Banda The Dark Forgotten Trail berdialog dengan warga Banda Ely
Antara News, 15 Agustus 2017, Pewarta: Jimmy Ayal, Editor: Aditia Maruli Radja
Ambon (ANTARA News) – Produser dan sutradara Film Banda The Dark Forgotten Trail pada Senin (14/8) bertemu dengan keluarga besar Wandan atau warga Banda Ely, Elat Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, terkait isi film tersebut untuk menjernihkan kesalahpahaman di antara mereka.
Produser Sheila Timothy yang bisa dipanggil Lala dan sutradara Jay Subiyakto berada di Ambon dan bertemu dengan keluarga besar Wandan, Senin, dimediasi oleh Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo.
“Kami senang sekali dapat berdialog dan diskusi dengan para tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Wandan, terkait dengan pemutaran Film Dark Forgotten Trail, yang dinilai mengabaikan partisipasi dan keterlibatan keluarga Wandan dalam melahirkan film tersebut,” kata Lala, dalam keterangan pers bersama keluarga besar Wandan, usai berdialog membahas film tersebut.
Hadir dalam dialog itu Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dan Sejarawan Batara Richard Hutagalung.
Menurut Lala, tujuan pembuatan film Dark Forgotten Trail untuk membangun rasa persatuan antara sesama anak bangsa sehingga bisa menjadi bangsa yang lebih kuat.
“Namun sebagai pembuat film, kami tentunya bukan sejarawan yang mengetahui semua peristiwa masa lampau. Karena itu banyak kekurangan yang mungkin terbaikan dalam film tersebut,” katanya.
Ia menyatakan dirinya dan Jay senang sekali bisa duduk bersama untuk berdiskusi dan mendapat masukan-masukan, termasuk untuk lebih mempertajam membangun kultur.
Ia juga berharap bisa membuat film lain tentang keluarga wandan dan peristiwa-peristiwa lain yang perlu diangkat.
“Saya sebagai produser dan Jay sebagai sutradara meminta maaf kepada seluruh warga keluarga Wandan, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, jika ada salah kata dari kami atau hal-hal yang menyebabkan kesalahpahaman. Kami tidak ada niat buruk atau niat tidak baik dalam pembuatan film tersebut,” kata Lala.
Ia mengakui pihaknya juga melihat di dalam film tersebut ada peristiwa yang sangat menyakitkan warga Wandan, dan karena itu diharapkan peristiwa tersebut kelak dapat diangkat dan ditelusuri lebih jauh, sehingga bisa memberikan keadilan tidak hanya untuk warga Wandan, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia.
Tokoh masyarakat Wandan Abdul Azis Latar mengapresiasi niat baik produser maupun sutradara untuk berdialog sekaligus mengklarifikasi opini-opini yang selama ini berkembang dalam karya film itu.
“Kami dari keluarga besar Wandan, setelah mengikuti secara cermat dalam dialog dipimpin oleh Bapak Pangdam Pattimura, dapat menemukan solusi bagaimana bisa menyelesaikan persoalan ini, sehingga tidak berlarut-larut demi menjaga stabilitas keamanan dan nama baik keluarga Wandan untuk kemajuan daerah kita sendiri,” kata Abdul.
Oleh karena itu, lanjutnya, dengan permintaan maaf yang sudah disampaikan secara terbuka, secara tulus dan ikhlas keluarga Wandan menerimanya. Namun, ada catatan kritis agar hal-hal yang selama ini disoroti agar dapat bisa dilihat kembali.
“Keluarga Wandan berharap agar film-film ke depan tidak lagi mengabaikan partisipasi dan keterlibatan keluarga Wandan, untuk kita melahirkan sebuah film yang bisa membawa kebaikan dan bisa mewakili aspirasi dan kepentingan keluarga Wandan sendiri,” ujarnya.
Menurut dia sejarah Banda tidak bisa dipisahkan dari keluarga besar Wandan yang sekarang ini berdomisili di Kepulauan Kei maupun di tempat lain.
“Kami berharap agar pertemuan ini merupakan satu kebangkitan awal untuk ke depan kita bisa melihat lagi yang lebih jernih, sehingga objektivitas dalam melahirkan sebuah perfilman tidak bisa menganggu ketenangan dan ketentraman masyarakat umumnya dan khususnya keluarga besar Wandan,” katanya.
Ketua Komisi A DPRD Provinsi Maluku Melky Frans mengakui bahwa masalah film Banda sudah disampaikan di DPRD beberapa waktu lalu, melalui aksi besar-besaran.
“Ternyata tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan, kalau semuanya mau duduk bersama dengan tenang dan pikiran jernih. Kita melihat sekarang keluarga Wandan kendati karakter mereka kasar tetapi ternyata mereka menerima permintaan maaf,” kata Melky.
Menurut dia, masalah film Banda yang terjadi kontraversi cerita yang menyakitkan hati keluarga besar wandan dinyatakan sudah selesai.
“Sebagai wakil rakyat dan atas nama rakyat Maluku, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak pembuat film karena mereka sudah memberikan yang terbaik kepada daerah ini dan masyarakatnya,” katanya.
“Terlepas dari permasalahan yang menyakiti hati saudara-saudaraku sekalian keluarga besar Wandan, yang terkait dengan isi cerita, menurut saya sudah selesai, dan ditindaklanjuti dengan hal-hal yang positif,” tambahnya.
—
LihatĀ juga: