Sejarawan Marjolein van Pagee, pendiri Histori Bersama, membuat video pendek yang mengungkapkan bagaimana film ‘De Oost’ mengeksklusi dan mengucilkan ketua KUKB, Jeffry Pondaag. Dia menyadari sebuah pola dan menegaskan bahwa pengucilan ini bukan pertama kali terjadi. Ini adalah pernyataan pribadinya:
“Pada saat ini, ketika begitu banyak hal menjadi terang, terungkapnya rahasia-rahasia, pencerahan demi pencerahan, saya ingin menyumbangkan pernyataan berkenaan dengan Edward Liddiard dan perannya sebagai sejarawan yang melakukan riset untuk film ‘De Oost’.
Dengan ini saya ingin memberitahukan bahwa ini bukanlah pencerahan terakhir mengenai eksklusi sistematis terhadap Jeffry Pondaag dan peran pentingnya yang mengguncang Negara Belanda. Informasi lebih lanjut mengenai gugatan [K.U.K.B.] akan segera diungkap, yang (semoga) dapat memperlihatkan pola pengekslusian dengan lebih jelas. Dan yang paling penting, saya berharap dapat memperlihatkan alasan mengapa Pondaag dikucilkan dan ditiadakan, lagi dan lagi.
Sejak awal saya memang sudah kritis terhadap film De Oost dan perhatian yang diberikan media Belanda kepada film ini, juga bagaimana keterkaitan dengan gugatan [K.U.K.B.] tersebut dihindari. Penilaian saya yang cukup keras ini berhubungan sekali dengan perlakuan para pembuat film tersebut terhadap Pondaag dan yayasan K.U.K.B., termasuk fakta yang saya pikir semua orang harus tahu.
Intinya: semua orang Belanda tak terkecuali yang tertarik dengan sejarah pendudukan Belanda di Indonesia memanfaatkan pengetahuan dan jaringan yang dibangun oleh K.U.K.B. selama bertahun-tahun. Tapi kemudian, setelah mereka mendapatkan informasi, mereka memutus hubungan dengan yayasan tersebut dan secara publik tidak ingin diasosiasikan dengan K.U.K.B. sama sekali. (Karena yah pekerjaan mereka atau reputasi yang mereka sebut ‘netral’!)
Saat Pondaag mengatakan kepada Produser Sander Verdonk bahwa dia ingin berkontribusi untuk program pendidikan yang diadakan oleh pembuat film itu, Verdonk menolak mentah-mentah. Biarkan tenggelam! (Verdonk juga menghindari topik tentang ‘Liddiard’ dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa.)
Singkatnya, saya pikir sudah waktunya untuk membahas isu eksklusi ini secara terbuka, paling tidak kita harus mulai membicarakannya. Aneh saja, semua orang di Belanda dengan sepenuh hati mengakui peran penting Joop Hueting (seorang veteran Belanda) sebagai seorang ‘whistleblower’ (saksi pelapor) pada 1969, tapi jika tentang Pondaag dan K.U.K.B., semuanya tetap diam.”
—
Terjemahan oleh Batari Oja