Opini
Kontroversi Bersiap dan Kekerasan pada Periode 1945-1950
Istilah “bersiap” memicu kontroversi di Belanda setelah artikel Bonnie Trlyana terbil. Bagaimana orang Belanda memandang periode penuh kekerasan pada 1945-1950 ini?
Koran Tempo, 26 Januari 2022, oleh: Lea Pemungkas
Keributan sedang terjadi di Belanda terhadap kata “bersiap”. Di sana, kata ini merujuk pada periode kekerasan yang menimpa orang Belanda di Indonesia selama 1945-1950. Keributan ini dipicu oleh artikel Bonnie Triyana di harian Belanda, NRC. Artikel berjudul asli “Istilah Bersiap yang Problematis” di Historia itu, entah mengapa, muncul dengan judul “Schrap term ‘Bersiap’ voor periodisering want die is racistisch” (Hapus Istilah ‘Bersiap’ dalam Periodisasi Tersebut Karena Rasis) di NRC online. Dalam edisi cetak NRC, judulnya menjadi “Simplicerende term ‘Bersiap’ deugt niet als periode-naam” (Penyederhanaan Istilah ‘Bersiap’ Karena Tidak Masuk Akal untuk Periode.)
Judul yang dipakai NRC yang menekankan unsur “rasisme” inilah yang kemudian memicu kontroversi sekaligus menenggelamkan penjelasan penting yang hendak diangkat Bonnie. Forum Belanda Indis (FIN), kelompok yang terdiri atas orang-orang Indis yang punya ikatan sejarah dengan Hindia Belanda dan Indo-Eropa, keberatan atas istilah “bersiap” yang diotak-atik dengan dalih apa pun, apalagi dengan dalih rasis.
Bonnie Triyana kini menjadi kurator tamu pameran “Revolutie, Indonesie onafhankelijk” (Revolusi, Kemerdekaan Indonesia) di Rijksmuseum, Belanda. Artikelnya itu sebagai semacam pengantar untuk pameran mengenai sejarah Indonesia tersebut. Dalam artikelnya, Bonnie mengatakan, jika kita menggunakan istilah “bersiap” secara umum untuk kekerasan terhadap Belanda di Indonesia selama periode tersebut, akan berkonotasi sangat rasis.
[…]
Lanjut membaca: