Sejarawan Anne-Lot Hoek Diintimidasi karena [keterlibatannya] dalam Penelitian Indonesia [yang Disponsori oleh Pemerintah Belanda]
BERITA. Sejarah. Asosiasi profesional sejarawan Belanda menyatakan tidak terima atas intimidasi dan ancaman terhadap Anne-Lot Hoek, penulis buku De strijd om Bali (Perjuangan untuk Bali).
NRC, Oleh: Bart Funnekotter, 30 januari 2024
Pada hari Selasa, Lembaga Kerajaan Belanda untuk Masyarakat Sejarawan (KNHG), sebuah asosiasi sejarawan profesional, menyatakan kejijikan mereka terkait intimidasi terhadap peneliti Anne-Lot Hoek oleh aktivis yang terlibat atau pernah terlibat dalam Yayasan Histori Bersama dan Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (K.U.K.B.). Menurut KNHG, Hoek, penulis buku De strijd om Bali (Perjuangan untuk Bali, 2021), diserang begitu parah, sehingga ada “pelanggaran terhadap kebebasan pribadi dan keamanan sang sejarawan dan keluarganya”.
Dalam bukunya, yang NRC sebut “mengesankan”, Hoek menulis tentang imperialisme, perlawanan, dan perjuangan untuk kemerdekaan di salah satu pulau di Indonesia, Bali, antara tahun 1846-1950. Ada banyak unggahan di situs Histori Bersama di mana karyanya tersebut dikritik.
Hoek dituduh menerima subsidi dari pemerintah Belanda untuk penelitiannya. Dia juga mengabaikan suara kritis dari pihak Indonesia, seperti aktivis Jeffrey Pondaag. Buku Hoek dianggap “tidak lebih dari propaganda pemerintah Belanda”.
‘Kebebasan akademik terancam’
Hoek menyangkal tuduhan tersebut. Dia sudah sering merujuk pada kinerja Pondaag (seperti langkah hukum yang menuntut Pemerintah Belanda bertanggung jawab terhadap para korban Indonesia atas kejahatan perang Belanda) dan menulis bukunya sebagai peneliti independen. Menurut direktur KNHG, Antia Wiersma, yang berbicara atas nama dewan lembaga tentang masalah ini, kebebasan akademik tengah terancam. “Apa yang membuat kasus ini sangat spesial adalah sifat mengancam dari kata-kata dan gambar yang disebarkan oleh orang-orang yang menghasut terhadap Anne-Lot Hoek. Profesi sejarawan berkembang dengan diskusi, tetapi ini bukan lagi percakapan akademis.”
Ketika ditanya, Anne-Lot Hoek tidak ingin menjelaskan tentang bentuk intimidasi terhadap dirinya. “Ini menjengkelkan karena karya saya sangat disalahpahami oleh kelompok ini,” katanya, “tetapi tentu saja itu seharusnya tidak pernah dibenarkan untuk terus berbicara sangat negatif tentang saya dalam waktu yang lama.”
Yayasan KUKB “mewakili kepentingan korban (Indonesia) yang menderita di bawah pendudukan penjajah Belanda,” dikutip dari situs webnya. Histori Bersama adalah media online di mana penulis Belanda dan Indonesia berefleksi tentang masa lalu penjajahan.
Pendiri (Yayasan Histori Bersama) Marjolein van Pagee telah dimintai tanggapan, tetapi tidak memberikan. [1]
- Versi artikel ini juga terbit dalam surat kabar cetak 31 Januari 2024.
—
[1] Yang benar adalah bahwa Histori Bersama tidak tahu tentang pernyataan KNHG sampai Funnekotter, beberapa jam sebelum berita terbit, menghubungi pendiri dan salah satu pengurus Yayasan Histori Bersama, Marjolein van Pagee untuk meminta tanggapannya. Funnekotter memberi Van Pagee waktu 2 jam untuk memberi tanggapan. Namun, mengingat seriusnya tuduhan tersebut, ini bukan waktu yang cukup. Van Pagee saat ini berada di Indonesia dan punya jadwal yang sangat padat untuk presentasi buku terjemahan Indonesia dari bukunya ‘Genosida Banda. Kejahatan Kemanusiaan Jan Pieterszoon Coen’. Meskipun keesokan harinya Van Pagee mengirimkan NRC tanggapan yang panjang, termasuk rilis pers resmi, artikel tersebut tetap menyatakan bahwa Van Pagee tidak memberi tanggapan.
Read also: