Aktivis Polisikan Rijksmuseum: Belanda Tak Pernah Akui Proklamasi RI
CNN Indonesia, 24 Januari 2022
Jakarta, CNN Indonesia — Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) melaporkan Museum Nasional Belanda, Rijksmuseum ke kepolisian jelang pameran seni ‘Revolusi Indonesia‘ yang digelar pada Februari-Juni 2022 di Amsterdam. Rijksmuseum dinilai menihilkan sejarah Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
“Jeffry Pondaag, Ketua Yayasan KUKB melaporkan Rijksmuseum, Harms Stevens selaku kurator dan Taco Dibbits selaku direktur kepada kepolisian,” tulis pernyataan pers Yayasan KUKB kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (21/1).
Laporan yang dibuat KUKB merupakan buntut sikap Rijksmuseum yang kukuh menggunakan istilah ‘bersiap’ dalam pameran yang melibatkan kurator sekaligus sejarawan asal Indonesia Bonnie Triyana tersebut. Bonnie sendiri sebelumnya dipolisikan lantaran menuliskan opini menolak penyebutan istilah ‘bersiap’ dalam pameran nanti.
Jeffry menilai Rijksmuseum tengah dalam upaya pemalsuan sejarah Indonesia. Jeffry menyebut pada periode 1945-1947, masyarakat Indonesia mengenal peristiwa itu sebagai Agresi Belanda. Hanya saja, Belanda mengakui periode itu sebagai ‘Periode Bersiap’. Persepsi yang terbangun di Belanda selama ini mengenai ‘periode bersiap’ adalah tentang kekejaman orang-orang Indonesia terhadap warga Indo-Belanda pada masa itu.
“Rijksmuseum mengabaikan penyebab sesungguhnya: kolonialisme. Opaya pendudukan, dan membingkai kata bersiap sebagai kekerasan etnis. Sementara itu kematian dari pihak Indonesia tidak berada dalam perhitungannya,” kata Jeffry.
“Jika Belanda menganggap Indonesia sebagai milik mereka dan memandang bahwa penduduknya adalah penduduk mereka juga. lantas siapa orang-orang yang melakukan pembunuhan era Bersiap?’. Di sini Belanda menggunakan 27 Desember 1949 sebagai tanggal lahirnya Indonesia, tentunya mereka tidak bisa menyebut pelakunya sebagai orang-orang Indonesia, karena dari sudut pandang mereka Indonesia tidaklah ada,” ujarnya.
Jeffry lantas menilai, dengan cara ini, secara terang-terangan bahwa istilah Bersiap digunakan untuk menghindari pengakuan 17 Agustus 1945 sebagai hari Kemerdekaan RI.
“Maka dari itu, Yayasan KUKB menegaskan bahwa kata ‘Bersiap’ bukan hanya sekedar rasis, itu juga bagian dari pemalsuan sejarah,” ujarnya menegaskan.
Terpisah, pihak Rijksmuseum menegaskan tetap akan menggunakan istilah Bersiap. Istilah itu akan muncul dan berfokus pada memori tentang pengalaman pribadi orang-orang yang terlibat.
“Kami jelaskan bahwa Rijksmuseum dan kuratornya sama sekali tidak menyangkal kekerasan dan penderitaan yang dimaksud dengan istilah tersebut atau rasa sakit yang dirasakan oleh banyak orang hingga hari ini,” kata Ketua Panitia Pameran Perang Kemerdekaan RI di Rijksmuseum, Jacobien Schneider saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.—